Beberapa dari kita, memahami cara noken as terasa seperti kehidupan
pernikahan – kita memahami konsepnya tetapi sulit secara pasti bagaimana
membuatnya bekerja sesuai kehendak kita. Sebagai contoh, mengapa durasi
noken as selalu diukur dalam derajat kruk as? Dan kenapa kita mengukur
durasi setelah lift noken as 1mm? Apa hubungan derajat pemisah antar
puncak noken as (Lobe Separation Angle –LSA) dengan performa yang dihasilkan mesin? Dan kenapa memajukan bukaan noken as lebih menguntungkan Torsi di putaran bawah?
Sains dibalik desain sebuah noken as sudah berkembang jauh mengikuti
perkembangan dunia balap, oleh karenanya sebagai seorang Tuner kita
harus memahami spesifikasi mesin dari pabrikan dan mengapa mereka
mendesain camshaft sebegitu rupa. Sehingga nantinya kita mampu
mengetahui spesifikasi cam yang tepat untuk paket mesin tertentu. Ilmu
pengetahuan lah yang mengontrol setiap bagian dari desain camshaft mu,
serta pemahaman mengapa bentuk noken as yang berbeda akan bekerja sangat
baik sesuai yang kamu inginkan.
DESAIN LOBE (bubungan noken as)
Suatu bubungan dari sebuah cam, untuk tiap klep, memiliki banyak
variable. Cam lobe bukan hanya mengatur lift dan kapan membuka atau
menutup, tapi juga speed, akselerasi, overlap, dan bahkan sanggup
mengontrol seberapa banyak tekanan kompresi di ruang bakar yang diatur
dari kecepatan noken as. Beberapa bagian dari desain lobe sebuah cam
sangat penting diperhatikan untuk memperoleh ini semua.
BASE CIRCLE (Lingkar Dasar)
adalah istilah untuk sisi berlawanan dari bubungan noken as. Ketika
rocker arm menempel pada base circle cam, klep seharusnya tetap
tertutup. Ukuran dari Base circle mempengaruhi lift cam. Semakin kecil
base circle memungkinkan lift lebih tinggi, tapi hal ini juga rawan
menjadikan noken as “lentur” dan timing menjadi melompat.
RAMPS
adalah bagian dari lobe dimana lifter bergerak
naik atau berakhir menutup. Setiap lobe memiliki dua area Ramp, opening
dan closing. Pada racing camshaft, bentuk kurva area ramp, memiliki
kecepatan dan akselerasi tinggi.
Bentuk lobe yang asimetris berarti memiliki kurva opening dan closing
ramp yang tidak sama. Bertujuan memaksimalkan kecepatan klep dan
kontrol, rocker arm diangkat dengan cara berbeda dengan proses
menutupnya. Contoh, dalam aplikasi balap, umumnya akselerasi klep dibuka
secepat mungkin, tapi kecepatan bukaan klep dilambatkan secara drastis
saat mendekati puncak lift untuk mencegah Floating. Sedangkan pada sisi
menutup, klep harus diturunkan dengan lembut untuk menjaga daya tahan
daun klep. Cam dengan desain asimetris memungkinkan hal ini.
NOSE
adalah area dimana klep terbuka secara penuh.
Titik tertinggi lift disebut Lobe Centerline (Garis tengah lobe). Intake
centerline diukur pada derajat kruk As setelah Titik Mati Atas (TMA)
piston. Exhaust centerline ditunjukan oleh angka derajat posisi kruk As
sebelum TMA. Kebetulan, posisi noken as selalu diukur dengan durasi
relativitas derajat Kruk As karena ini semua menggambarkan dimana posisi
piston serta siklus apa piston sedang bekerja (Hisap, Kompresi, Tenaga,
atau Buang) inilah patokan awal desain cam.
LOBE LIFT
adalah angka tinggi noken as mampu
mengangkat rocker arm. Ini tidak sama dengan angkatan klep, karena
rocker arm adalah pengungkin yang memiliki rasio tertentu mengatur
bukaan klep. Lobe lift diukur dari diameter pada centerline dikurangi
base circle
No comments:
Post a Comment